MENEMBUS
BATAS IMPIAN BERSAMA RUMAH BELAJAR
Masih
sangat jelas ingatan saya, kegalauan seorang guru sederhana. ketika dia ingin
memutuskan mengikuti atau tidak mengikuti kegiatan Seleksi Duta Rumah Belajar
2020. Guru sederhana itu adalah salah satu
guru di SLB Negeri Banda Aceh. Pada tahun ajaran baru ini guru tersebut berkesempatan
mengajar pada kelas Tunadaksa, Tunadaksa
Ganda, Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita dan Autisme. Mulai dari jenjang SDLB,
SMPLB dan SMALB. Guru tersebut adalah
SAYA.
Kegiatan
Seleksi Duta Rumah Belajar 2020. Dilakukan dengan berbagai tahapan yang harus
dilalui melalui program PembaTIK Pembelajaran Berbasis TIK. Tahapan yang dilalui
terdiri dari 4 Level yaitu Level 1; Literasi TIK; Level 2. Implementasi TIK; Level
3 Kreasi TIK dan Level 4. Berbagi TIK. Berbagai tahapan itu menjadi salah satu satu
kekhawatiran saya untuk berani mengikuti kegiatan PembaTIK 2020.
Apakah yang menjadi sebabnya?
Jawabanya.
Saya tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti kegiatan seleksi Duta
Rumah Belajar. Disebabkan beberapa hal Minimnya pengetahuan TIK, penggunaan TIK
yang belum pernah saya terapkan di kelas. Disamping tua ada pertanyaan yang mengganggu benak saya ”Apakah,
aku bisa bersaing bersama para guru hebat seluruh Aceh? Mereka memiliki
kemampuan TIK yang baik, menerapkan pembelajaran berbasis TIK di kelas”.
Sementara saya hanya guru SLB. Bagaimana mungkin saya berani bersaing dengan
teman-teman dari sekolah umum.” Pertanyaan itu terus menerus mengganggu saya.
Entah
kekuatan apa yang menghampiri, saya bangkit dari rasa cemas, dan kegalauan.
Saya memutuskan untuk ikut PembaTIK.
Mengambil Laptop melakukan
registrasi pada akun Simpatik
(simpatik.belakar.kemdikbud.go.id), mendaftar pada salah satu gelombang yang
tersedia. Mengikuti kelas Bimtek daring. mengunduh modul 1 s/d 4 dan
mempelajari materi . mengikuti ujian akhir, Lulus. Menuju ke Level 2. Demikian tahapan
berikutnya hingga sampai ke level 4. Berbagi.
Semua
tahapan PembaTIK 2020 yang dilalui, membelajarkan saya bagaimana harus lebih giat lagi belajar,
terutama mengenai pembuatan vlog dan
video. Pada level 2, tugas yang harus dikerjakan adalah membaut vlog
memanfaatkan fitur Rumah Belajar yang
didalamnya terintegrasi model pembelajaran seperti yang diarahkan oleh Pusat Data
dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Pusdatin Kemendikbud) Beberapa model
pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dengan memanfaatkan Rumah Belajar
selama belajar dari rumah adalah Model
Pembelajaran Inovatif. (Panduan
Penerapan Model Pembelajaran Inovatif dalam BDR yang Memanfaatkan Rumah Belajar
: 2020:17).
1. Model Discovery-Inquiry merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses pemecahan masalah, sehingga
peserta didik harus melakukan eksplorasi berbagai informasi
agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk
pendidik berupa
pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin
mengkondisikan peserta didik
untuk membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT), berpikir
ilmiah, mandiri dan tidak hanya mengembangkan keterampilan bernalarnya/kognitif
dalam menyelesaikan permasalahan.
2.
Model Flipped Classroom adalah pembelajaran yang
membalik metode tradisional dimana materi biasanya diberikan
pada proses pembelajaran, tetapi pada model pembelajaran
erikan sebelum proses
pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran, peserta didik fokus untuk mendiskusikan materi
atau
masalah
yang belum dipahami terkait materi yang telah dipelajari peserta didik dan atau mengerjakan tugas. Model pembelajaran dapat diterapkan
ketika pendidik ingin meminimalkan
jumlah
instruksi langsung oleh guru
kepada siswanya dalam mengajarkan materi
dan memaksimalkan waktu untuk
berinteraksi satu sama lain dalam
membahas permasalahan terkait
materi
yang
belum
ami sehingga
siswa
memiliki
waktu yang banyak dalam memahami
materi
secara
mandiri.
3.
Model Project Based
Learning adalah model pembelajaran
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui konsep
yang dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran ini cocok diterapkan ketika
pendidik menginginkan peserta
didik terlatih untuk mampu mencari solusi dan berkolaborasi untuk mengerjakan sebuah proyek untuk mengatasi suatu
permasalahan konkret yang mereka hadapi.
4. Model Blended Learning
adalah pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran tatap
muka
dengan pembelajaran jarak jauh dengan
memanfaatkan berbagai macam media dan
teknologi. Model pembelajaran
ini dapat menjadi pilihan apabila pendidik ingin menciptakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan melatih peserta didik menjadi
mandiri dalam mengakses sumber belajar dan meningkatkan keterampilan
teknologinya.
5. Model Berbasis Game adalah pembelajaran yang menggunakan
permainan atau game digital untuk tujuan pembelajaran. Model ini diterapkan
oleh pendidik ketika ingin membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif
serta kemampuan bekerja sama
dalam pembelajaran yang menyenangkan.
6. Model Self Organized
Learning Environments/SOLE adalah pembelajaran yang menitikberatkan proses pembelajaran mandiri dengan
memanfaatkan internet dan perangkat pintar yang dimiliki oleh peserta didik.
Model pembelajaran ini digunakan
oleh guru dalam melatih peserta didik untuk berpikir kreatif, mampu
memecahkan masalah, dan mampu
berkomunikasi.
Beberapa
langkah yang saya lakukan sebelum memutuskan model pembelajaran, adalah Melakukan asesmen profil orangtua murid dan murid.
Asesmen ini berguna untuk mengumpulkan informasi kemampuan, ketidakmampuan,
permasalahan orangtua dan murid, terkait pengunaan TIK, pemanfaatan TIK ketika
proses pembelajaran yang akan dilakukan nantinya, serta materi yang akan diberikan. Berbekal
informasi tersebut saya merancang RPP berdasarkan Pemetaan KI dan KD. Setelah
itu saya memutuskan menggunakan Model Project Based
Learning (BjBL). Model ini sangat sesuai dengan kondisi BDR saat ini, dimana model ini akan
mengedepankan kolaborasi antara guru, orangtua murid dan murid. Kolaborasi
tersebut akan berdampak pada kedekatan hubungan orangtua dan murid, karena
karakter model BjBL adalah menjalin kerjasama, saling
mendukung dalam TIM baik perencanaan, pelaksanaan, presentasi dan evaluasi.
Berbekal
modul level 2, saya pun mengerjakan
tugas pembuatan vlog dengan tahapan yang
saya rancang yaitu: 1) Menonton video orang lain, melihat tutorial cara membuat
vlog, dan video, hal ini saya lakukan untuk belajar pengalaman orang lain; 2)
Membuat konsep video atau vlog. Diawali dengan merancang alur pada vlog, semua
hal tersebut saya lakukan dengan matang artinya setiap detail tahapan alur vlog
saya deskripsikan dengan jelas dan
lengkap; 3) Belajar mengedit video; selain modul Level 2. Belajar lewat internet, dan anak-anak di rumah,
aplikasi yang digunakan adalah VN; 4) Mengevaluasi video yang telah dibuat.
Tahapan ini dibutuhkan untuk memperbaiki hal-hal yang masih kurang dan perlu diperbaiki.
Banyak
pengalaman yang menggelitik ketika harus berhadapan dengan kamera. Sering kali
naskah yang telah di hapal, buyar seketika setelah memulai pengambilan video,
hingga pengambilan video harus berulang-ulang dilakukan. tetapi saya bersyukur
memiliki guru-guru yang luar biasa yaitu, keluarga (suami dan keempat anak)
mereka adalah guru terbaik bagi saya. Saya mampu melalui semua tantangan ini
berkat mereka dan dukungan mereka. Demikian pula ketika membuat video
pembelajaran pada Level 3. Pengalaman level 2 saya terapkan di level 3, hanya
saja kali ini fokus kepada video pembelajaran.
Pada
tahapan level 4 Berbagi. Peserta yang lolos berjumlah 30 orang setiap
Provinsinya. Sebutan Sahabat Rumah
Belajar (SRB) pun kami sandang. “Kegiatan
Debut PembaTIK Level 4, diawali dengan “Kuliah Umum Pembelajaran Berbasis TIK
(PembaTIK) Level 4: Berbagi”, diselenggarakan dari tanggal 14-18 September
2020, dilakukan secara Daring dan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Bapak Nadiem Anwar Makarim. Mengusung tema: “Berbagi Inovasi Pembelajaran Berbasis TIK Mewujudkan Merdeka Belajar”.
Kemudian
dilanjutkan dengan Coaching yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 September 2020. Tujuan coaching adalah
membekali, SRB dalam melaksanakan
rangkaian kegiatan Berbagi melalui sosialisasi Inovasi Pembelajaran Berbasis
TIK, Mewujudkan Merdeka Belajar. Tahapan ini adalah yang paling sulit,dan penuh
tantangan bagi saya mungkin juga bagi teman-teman SRB lainya. Pada tahap ini kami mengerjakan 3 tugas yaitu: 1.Vlog; 2. Blog; 3. Kegiatan
Tatap Muka dan kegiatan Tatap Maya.
Saya
sangat bersyukur dan merasa beruntung berada di tahap ini. Sebagai seorang guru
yang sederhana, mengawali keikutsertaan dengan minim pengetahuan TIK, merasa
kurang percaya diri untuk bersanding dan bersaing bersama guru lainnya hanya
karena berpikir saya guru SLB yang
tidak akan mampu menerapkan atau memanfaatkan fitur Rumah Belajar di kelas yang
diampu (Daring atau Luring). Tetapi waktu dan proses panjang yang telah di
lalui bersama PembaTIK Level 1 hingga 3 mengajarkan saya untuk pantang menyerah,
bertekad dan bersemangat. Dengan dukungan sepenuhnya dari keluarga, dukungan
Sekolah serta teman-teman guru SLB Se_Prov Aceh beserta MKKS Prov Aceh, teman
guru Inklusif saya melangkah dengan pasti tanpa keraguan menyelesaikan satu
persatu tugas saya.
Membangun
TIM yang solid (Pak Herry Yanna Guru SLB TNCC Banda Aceh, Win Jeroh Miko, Guru
SLB Negeri 14 Takengon, Ananda M. Favian Alka), berkolaborasi dengan teman SRB
Aceh, SRB Pendidikan Khusus (PK) Nasional dan SRB Nusantara, membangun jejaring
di medsos menjadi bagian dari rangkaian kegiatan sosialisasi Berbagi Inovasi
Pembelajaran Berbasis TIK Mewujudkan Merdeka Belajar. Kini saya dapat
mengatakan bahwa, saya mampu MENEMBUS
BATAS IMPIAN BERSAMA RUMAH BELAJAR. Saya hanya perlu melanjutkan semangat BERBAGI dengan selalu belajar menggali
pengetahuan, “MERECHARGE DIRI, SEBAGAI BEKAL TAS PUNGGUNG MENGAJAR DI
KELAS.” sesuai slogan Rumah Belajar . Belajar dimana saja, Kapan saja ,
Dengan siapa saja. Saya yakin tantangan ke depan akan selalu ada dan tidak
mudah, tetapi saya telah belajar banyak dan menempa mental saya ketika menjadi
SRB.
Terimakasih
kepada Pusdatin Kemendikbud, yang telah
menyelenggarakan kegiatan PembaTIK tahun
2020 ini, terima kasih kepada DRB Aceh Ibu Irayuni dan Pak Qustalani yang telah
setia menemani kami dari PembaTIK Level 1 hingga kini, Ibu Indah Sekarloka, Pak
Anas Sabayasa, Pak Yusuf dan Ibu Yeni Husnaini, yang telah mendampingi kami
selama coaching hingga kini. Teman-teman SRB Aceh yang hebat, kita bisa, dan
kita kan tetap berjuang mengobarkan semangat BERBAGI ke Penjuru Negeri.
Saya
berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman guru, terutama Guru SLB
dan Inklusif. Harapannya semoga tahun
depan akan banyak perwakilan dari SLB dan Inklusif untuk lolos ke Level 4.
Merdeka
Belajarnya Rumah belajar Portalnya Maju Indonesia
#PusdatinKemdikbud
#PortalRumahBelajar2020
#RumahBelajar2020
#SahabatRumahBelajar2020
#DutaRumahBelajar202
#RadioEdukasi
#GuruPenggerak2002
#GuruBerbagi2020